Minggu, 28 Desember 2008

Obat Untuk Ibu Hamil, Bolehkah?



Oleh: Muhsin Alwan, S.Farm, Apt.


Ibu hamil sering mengalami keluhan-keluhan seperti rasa mual (morning sickness), nyeri pada tungkai, nyeri pada bagian bawah abdomen, rasa sakit pada tulang belakang, demam, sakit kepala. Juga adanya kondisi sakit dan penyakit tertentu yang terjadi pada ibu hamil seperti toxoplasmosis, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi dan lain sebagainya. Pada kondisi tersebut seringkali dibutuhkan obat untuk mengatasi keluhan-keluhan yang timbul selama hamil atau mengobati penyakit yang datang pada masa kehamilan.

Sistem-sistem organ janin selama dalam kandungan belum mampu berfungsi di dalam lingkungan uterus. Selama kehidupan intrauterus, plasenta melaksanakan fungsi pencernaan, sistem pernafasan, dan ginjal bagi janin. Zat-zat gizi dan O2 berdifusi dari darah ibu ke dalam darah janin melewati sawar plasenta yang sangat tipis. Banyak obat, polutan lingkungan, bahan-bahan kimia dan mikroorganisme di dalam darah ibu juga dapat menembus sawar plasenta, dan sebagian mungkin berbahaya bagi janin yang sedang berkembang.

Sulit untuk memastikan bahwa suatu senyawa obat benar-benar aman bagi ibu hamil, janin, dan perkembangan bayi selanjutnya setelah lahir. Namun FDA telah membuat kategori obat untuk ibu hamil yang dapat menjadi pedoman bagi praktisi kesehatan termasuk Apoteker untuk mengevaluasi apakah obat boleh diberikan untuk ibu hamil ataukah tidak.

PERTUKARAN DARAH IBU DAN JANIN

Plasenta adalah organ pertukaran antara darah ibu dan janin. Walaupun belum berkembang sempurna, plasenta sudah bekerja penuh sejak minggu ke lima setelah implantasi. Pada saat ini, jantung mudigah sudah memompa darah ke dalam vilus plasenta serta ke jaringan mudigah. Selama kehamilan, darah janin secara terus menerus melintasi vilus plasenta dan sistem sirkulasi janin melalui arteri umbilikalis dan vena umbilikalis, yang terbungkus di dalam korda umbilikalis (tali pusat).

Zat-zat gizi dan O2 berdifusi dari darah ibu menembus sawar plasenta yang tipis untuk masuk ke dalam darah janin, sedangkan CO2 dan zat-zat sisa secara bersamaan berdifusi dari darah janin ke dalam darah ibu. Nutirien dan O2 yang diangkut ke janin oleh darah ibu diperoleh dari sistem pencernaan dan pernapasan ibu, serta CO2 dan zat-zat sisa yang dipindahkan ke dalam darah ibu masing-masing dieliminasi oleh paru dan ginjal ibu.

Sebagian bahan melintasi sawar plasenta melalui sistem pengangkut khusus di membran plasenta, sementara yang lain menembusnya melalui difusi sederhana. Banyak obat, polutan lingkungan, bahan-bahan kimia dan mikroorganisme di dalam darah ibu juga dapat menembus sawar plasenta, dan sebagian mungkin berbahaya bagi perkembangan janin. Janin yang terpajan oleh pemakain obat penenang talidomid oleh ibu hamil dapat mengakibatkan bayi lahir tanpa anggota badan. Bayi yang baru lahir juga dapat mengalami kecanduan selama masa kehamilan karena ibunya menggunakan obat-obat terlarang, misalnya heroin akan memperlihatkan gejala-gejala putus obat setelah lahir. Bahkan zat-zat kimia yang sering dijumpai misalnya aspirin, alkohol dan bahan-bahan dalam asap rokok dapat mencapai janin dan menimbulkan efek yang merugikan.

Selain berfungsi sebagai organ pertukaran, plasenta sedikit banyak juga berfungsi sebagai sawar protektif untuk mencegah mudigah ditolak secara imunologis oleh ibunya. Mudigah tersebut sebenarnya adalah “benda asing” karena separuh berasal dari kromosom ayah yang secara genetis berbeda.
...........................................................................................................................
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIHINDARI IBU HAMIL

Saat hamil, apa yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil sama pentingnya seperti apa yang harus dikonsumsi. Berikut hal-hal yang harus dihindari:
  • Alkohol
    Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mental dan fisik, dimana alkohol lebih dapat memperparah abnormalnya janin dibanding akibat dari heroin, kokain, atau marijuana.
    Alkohol mudah disalurkan kedalam janin, dimana janin ini tidak memiliki perangkat organ yang cukup untuk mengeliminir pengaruh alkohol dibandingkan ibunya. Ini artinya bayi yang belum lahir cenderung untuk membentuk konsentrasi alkohol yang tinggi, yang akan menetap didalam tubuh bayi untuk waktu yang lebih lama dibanding ibunya.

  • Obat-obatan
    Obat-obatan yang biasa disalahgunakan seperti morfin, kokain, bila disalahgunakan oleh wanita hamil, dapat menyebabkan resiko kelahiran premature, pertumbuhan janin yang buruk, cacat lahir, masalah belajar dan tingkah laku. Dan sang bayi mungkin juga akan mengalami ketagihan (addict) terhadap obat-obatan tersebut.

  • Nikotin
    Wanita hamil yang merokok memberikan nikotin dan carbonmonoksida kepada janinnya.
    Resiko-resiko merokok pada janin adalah:
    Lahir meninggal
    Prematur
    Berat badan lahir Rendah
    SIDS (sindrom kematian bayi mendadak), Asma dan masalah pernafasan lainnya

  • Kafein
    Konsumsi kafein yang tinggi dapat meningkatkan resiko keguguran, jadi, sebaiknya konsumsi kafein dikurangi atau dihindari sebisa mungkin. Jika terdapat kesulitan untuk mengurangi konsumsi kegemaran meminum kopi, berikut langkah awal yang dapat dilakukan:
    § Kurangi konsumsi kopi hingga 1 – 2 cangkir perhari.
    § Secara bertahap kurangi jumlah kafein dengan mencampurkan kopi decaffeinated dengan kopi biasa (regular coffee).
    § Hentikan penggunaan regular coffee.

  • Makanan-makanan Tertentu
    Walaupun makanan sehat diperlukan selama kehamilan, ibu hamil juga harus menghindari makanan yang dapat menimbulkan penyakit, seperti listeriosis dan toxoplasmosis, yang dapat mengancam jiwa janin dan menyebabkan cacat lahir atau keguguran.
    Makanan-makanan yang sebaiknya dihindari termasuk:
    § Susu segar
    § Telur mentah atau makanan yang mengandung telur mentah
    § Daging mentah atau yang kurang matang, ikan (sushi) atau kerang-kerangan
    Sebenarnya ikan dan kerang-kerangan merupakan makanan yang sangat bergizi bagi ibu hamil (karena mangandung asam lemak omega-3, tinggi protein dan rendah lemak jenuh). Namun, sebaiknya dihindari mengkonsumsi:
    § daging hiu
    § ikan todak (swordfish)
    § king mackerel
    § tilefish
    Jenis-jenis ikan diatas biasanya mengandung tingkat merkuri yang tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang sedang berkembang.

PENGEMBANGAN OBAT


Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba (penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin untuk menangani penyakit diabetes. Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia medisinal dan farmakologi molekular..

Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut akan melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh Badan pemberi izin. Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik.

Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat. Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau aman.

Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :
• Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
• Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas)
• Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas)
• Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)

Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat. Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada manusia.

Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil yang menggambarkan toksisitas pada manusia.

Setelah calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada hewan percobaan maka selanjutnya diuji pada manusia (uji klinik). Uji pada manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti Deklarasi Helsinki.

Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
2. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
3. Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
Setelah calon obat dapat dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama dengan obat yang sudah ada dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai maka obat baru diizinkan untuk diproduksi oleh industri sebagai legal drug dan dipasarkan dengan nama dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh dokter.
4. Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat. Setelah hasil studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika membahayakan sebagai contoh cerivastatin suatu obat antihiperkolesterolemia yang dapat merusak ginjal, Entero-vioform (kliokuinol) suatu obat antidisentri amuba yang pada orang Jepang menyebabkan kelumpuhan pada otot mata, fenil propanol amin yang sering terdapat pada obat flu harus diturunkan dosisnya dari 25 mg menjadi tidak lebih dari 15 mg karena dapat meningkatkan tekanan darah dan kontraksi jantung yang membahayakan pada pasien yang sebelumnya sudah mengidap penyakit jantung atau tekanan darah tinggi , talidomid dinyatakan tidak aman untuk wanita hamil karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin, troglitazon suatu obat antidiabetes di Amerika Serikat ditarik karena merusak hati.

OBAT-OBAT YANG BOLEH DIBERIKAN PADA IBU HAMIL

Keamanan obat pertamakali diujikan pada hewan, kemudian kepada sukarelawan dewasa yang mendapatkan obat atau placebo, sehingga efektivitas dan efek samping dapat dibandingkan secara ilmiah. Jika sukarelawan wanita hamil, biasanya tidak diikutsertakan dalam pengujian, oleh karena itu data ilmiah pada wanita hamil tidak dipunyai. Sebagai gantinya, berdasarkan kepada hasil test pada binatang dan juga laporan efek individual pada ibu dan janin.

FDA mengklasifikasikan obat berdasarkan faktor resiko pada janin, sebagai berikut:

1. Kategori A: Studi yang terkontrol pada wanita-wanita gagal menunjukkan adanya resiko kepada janin pada trimester pertama kehamilan (dan tidak ada bukti adanya suatu resiko pada trimester berikutnya), dan kemungkinan bahaya terhadap janin sangat kecil. Contoh: Asam folat dan Vitamin B6 dan Levothyroxine yang merupakan pengganti hormone pada kerusakan kelenjar tyroid.

2. Kategori B: Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan resiko terhadap janin. Tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan yang memperlihatkan efek samping (selain dari penurunan tingkat kesuburan) yang tidak dipastikan dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester ke 1 (dan tidak ada bukti mengenai adanya resiko pada trimester berikutnya). Penanganan dengan obat kategori B didasarkan pada “kemungkinan aman”. Contoh: Ampicillin dan golongannya, Acetaminofen, Ibuprofen, Methoclopramide, Famotidine, Loperamide dan Insulin.

3. Kategori C: Pengujian pada binatang sudah mengungkapkan efek kurang baik pada janin ( teratogenic atau embryocidal atau lainnya) dan tidak ada pengujian terkontrol pada wanita atau pengujian pada hewan dan wanita tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika potensi manfaatnya lebih besar daripada potensial resikonya pada janin. Contoh: Fluconazole, Ciprofloxacin.

4. Kategori D: Ada bukti positif resiko terhadap janin manusia, tetapi manfaat penggunaan pada wanita hamil mungkin bisa diterima disamping resiko tersebut (contoh, jika obat diperlukan pada situasi yang mengancam hidup atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat digunakan)

5. Kategori X: Pengujian pada hewan atau manusia sudah menunjukkan kelainan pada janin atau ada bukti adanya resiko pada janin berdasarkan pengalaman atau keduanya, dan resiko penggunaan obat pada wanita hamil nyata lebih besar daripada manfaatnya. Obat ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil atau wanita yang mau hamil. Contoh: Isotretinoin, Talidomide, Ribavirin dan Diethelstilbestrol (DES).

PEMBAHASAN

Selama hamil pertukaran darah dari ibu ke janin melewati suatu sawar yang sangat tipis, yaitu sawar plasenta. Selama dalam uterus, organ-organ janin belum dapat berfungsi sehingga fungsi pencernaan, pernafasan dan ginjal dilakukan oleh ibu. Nutrient dan O2 berdifusi dari darah ibu kedalam darah janin melewati sawar plasenta ini. Namun banyak obat, polutan, zat kimia dan mikroorganisme dalam darah ibu dapat melewati sawar ini juga, yang mungkin dapat membahayakan janin, proses kelahiran atau perkembangan kelak setelah lahir.

Sangat sulit untuk menentukan obat yang benar-benar aman diberikan kepada ibu hamil yang sama sekali tidak menimbulkan efek pada janin. Pada proses penemuan senyawa obat baru, serangkaian pengujian dilakukan untuk menentukan keamanan dan keefektifan obat, namun jumlah pengujian yang dilakukan sangat terbatas, lagi pula biasanya tidak mungkin untuk menyertakan wanita hamil sebagai volunteer. Sehingga data keamanan obat untuk ibu hamil dan janinya secara akurat sangat minim. Sebagai gantinya, dipakai data percobaan uji teratogenik pada hewan coba dan laporan mengenai efek samping obat terhadap janin berdasarkan pengalaman.

Pada keadaan-keadaan tertentu, pemakaian obat untuk ibu hamil memang tidak dapat dihindarkan. Misalnya jika terjadi infeksi toxoplasma (toxoplsmosis), jika tidak diobati dapat membahayakan janin, mengakibatkan masalah pada otak, mata, jantung dan organ lainya. Asma yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat mengurangi pasokan oksigen untuk janin, sehingga dapat membahayakan perkembangan dan ketahanan janin. Tekanan darah yang tidak terkontrol meningkatkan resiko masalah pada placenta dan penghambatan pertumbuhan janin.
FDA telah menyusun suatu daftar kategorisasi obat untuk ibu hamil berdasarkan faktor resikonya terhadap janin.

Pemilihan obat dapat dipilih berdasarkan tidak adanya resiko terhadap janin atau yang paling minimal, yaitu kategori A dan B. Namun demikian, lebih bijaksana jika kesehatan ibu hamil sangat diperhatikan sebelum terjadi kelainan-kelainan yang memerlukan pengobatan. Pola makan yang cukup gizi, istirahat yang cukup dan olah raga ringan yang teratur sangat berguna untuk mendukung kesehatan ibu hamil. Dengan demikian penggunaan obat pada masa kehamilan dapat diminimalisir, sehingga efek negatif obat yang mungkin masih dapat timbul dapat dihindarkan. Selalu tanyakan kepada Dokter atau Apoteker Anda apakah obat yang akan digunakan pada saat hamil aman ataukah tidak.

Semoga bermanfaat.


Daftar Bacaan

1. Sherwood, L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Terj. Dari Human Physiology From Sel to System Oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EKG. 2001. hal: 720-726.

2. Anonim. MIMS INDONESIA. Volume 32 No. 3, 2003.

3. Anonim. 2004. Medication During Pregnancy.: 1 halaman. http://www./drgreene.com. 30 Oktober 2006, Pk. 20.05.

4. Marjorie Greenfield, M.D. 2004 Medications in Pregnancy: General Principles.: 4 halaman. http://www./drspock.com. 30 Oktober 2006, Pk. 20.15

5. Michelle Meadows. 2001. Pregnancy and the Drug Dilemma.: 5 halaman. http://www./fda.gov. 30 Oktober 2006, Pk. 21.05.

6. Anonim. Usia Kehamilan dan Perkembangan Embryo.: 3 halaman. http:// www. bayi.us. 25 Oktober 2006, Pk. 14.00.

Kamis, 11 Desember 2008

Anak Demam, Perlukah Obat?

Setiap hari televisi menyuguhkan pelbagai macam iklan obat penurun panas. Semuanya mengklaim serba cespleng! Orang tua mana yang tidak cemas kalau anaknya menderita panas? Nomor satu pasti buru-buru mencari obat penurun panas, entah dari lemari obatnya sendiri, beli di warung, atau minta tetangga.

Setiap kali anak kita tidak enak badan, pasti gerakan refleks kita langsung menempelkan tangan ke dahi atau lehernya. Tapi telapak tangan sebagai alat pengukur panas sebenarnya bersifat sangat subyektif. Artinya, ia tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan apakah suhu seseorang panas, normal, atau dingin.


Seseorang dengan metabolisme tubuh rendah atau menderita anemia di mana suhu tangannya lebih dingin, akan lebih peka bila meraba seseorang yang suhu tubuhnya tinggi dibandingkan dengan mereka yang metabolisme tubuhnya normal dan suhu tangannya lebih hangat. Karena tingkat metabolisme dan mekanisme sirkulasi darah tiap individu bervariasi, sudah tentu mengukur suhu badan seseorang dengan punggung telapak tangan tidaklah tepat.


Karena itu setiap keluarga hendaknya menyediakan termometer air raksa yang harganya relatif murah. Alat pengukur panas ini lebih bisa diandalkan. Dalam keadaan sangat mendesak data tersebut bahkan bisa langsung dikonsultasikan ke dokter lewat telepon.


Mekanisme kekebalan


Suhu rata-rata tubuh normal dan sehat seseorang menurut beberapa peneliti barat seperti Becquerel dan Berscher (1835) dan Wunderlich (1868), adalah 37 derajat C. Suhu tubuh normal seseorang sesungguhnya bervariasi tergantung pada waktu pengukuran (pagi, siang atau malam), tempat pengukuran (dalam rongga mulut, di ketiak, atau dalam dubur), faktor usia serta tingkat metabolisme (sebelum atau sesudah makan, sebelum atau setelah melakukan aktivitas fisik). Pengukuran suhu dengan termometer lewat rongga mulut atau dubur akan lebih tepat daripada lewat ketiak.

Suhu tubuh paling rendah pada pagi hari (pukul 5.00 - 6.00) dan paling tinggi senja hingga malam hari. Perbedaan antara suhu terendah dan tertinggi bervariasi, sekitar 0,3 C-1,5 C. Semula perbedaan itu diduga hanya karena perbedaan cuaca, suhu serta kelembapan saja, ternyata juga karena faktor irama diurnal (saat tidur dan melek) yang berkembang sejak usia 1 - 2 tahun dan berlangsung terus seumur hidup.


Suhu tubuh rata-rata orang dewasa di bawah 37 C. Seorang peneliti, Horvath SM dkk. pernah meneliti 54 orang dewasa muda (usia 23 tahun) selama beberapa bulan dengan kesimpulan, nilai rata-rata suhu rongga mulut pada pagi hari 36,5 C dan malam hari 36,8 C.
Peneliti lain, Dinarello dan Wolff dari Inggris melaporkan, hasil penelitian pada sembilan orang dewasa mudah (22 tahun), dalam seharinya rata-rata suhu badan mereka 36,6 C dengan nilai terendah 36,4 C dan tertinggi 36,8 C. Suhu rata-rata rongga mulut orang tua lebih rendah daripada orang muda, tetapi suhu duburnya sama.


Padahal suhu anus biasanya lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Perbedaan ini sangat bervariasi. Pada orang muda, suhu lubang keluaran itu rata-rata 0,56 C lebih tinggi daripada suhu rongga mulut.


Pada anak usia kurang dari 12 tahun, suhu tubuh waktu malam hari sering lebih tinggi, rata-rata 37,4 C. Sebagai pedoman kasar, suhu tubuh anak yang tidak melebihi 38 C (antara 36 C - 38 C) tidak perlu dirisaukan karena belum merupakan indikasi untuk diberi obat penurun panas. Karena sebenarnya suhu yang agak panas malah diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai salah satu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan infeksi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh.


Hal ini pernah dikemukakan oleh seorang ahli imunologi - infeksi dari Belanda, van den Meer. Kemudian, ia mengingatkan hendaknya pemakaian obat penurun panas terlalu dini berarti tidak memberikan kesempatan pada tubuh untuk melaksanakan fungsi mekanisme pertahanan tubuh (kekebalan). Kalau jamur yang sedang tumbuh (misalnya pada oncom dan tempe) menghasilkan panas dan membutuhkan kalori, demikian pula manusia. Tumbuh kembang anak lebih pesat daripada orang dewasa sehingga secara otomatis menghasilkan panas lebih banyak pula.

Menurunkan panas tanpa obat


Untuk mengatasi demam, lebih baik mengusahakan dulu dengan menyeka seluruh permukaan tubuh beberapa kali (terutama sewaktu suhu tubuh meningkat) dengan handuk kecil dibasahi air hangat.


Tindakan ini akan melancarkan sirkulasi darah dan membuka pori-pori kulit sehingga memberikan kesempatan panas keluar dari tubuh ke lingkungan sekitarnya. Ruang ventilasi yang baik di mana udara berlangsung secara teratur atau kamar ber- AC, sangat dianjurkan untuk merawat penderita demam.


Pakaian yang sudah basah karena keringat hendaknya segera diganti dengan yang kering. Sebaiknya dari katun yang lebih mengisap keringat, bukan yang sintetis. Bila usaha ini tidak berhasil dan suhu badan mencapai 38 C, barulah penderita diberi obat penurun panas (anti- piretika). Dosis obat penurun panas jenis asetaminofen, yang umum dijual di warung atau apotek seperti Tempra, Panadol, Parasetamol, dll adalah 10 mg/kg berat badan/hari dibagi 3 dosis (diminum 3 kali sehari).Bila sudah diberi obat penurun panas dua kali tetapi suhu badan tetap belum turun juga, berkonsultasilah ke dokter. Mungkin demam yang diderita bisa karena infeksi bakteri yang agak berat yang tidak bisa mengandalkan mekanisme kekebalan tubuh atau obat penurun panas saja, tapi memerlukan obat antibiotika. Biarlah dokter yang menentukan pemilihan obatnya. (sumber: intisari)

Sabtu, 30 Agustus 2008

Peresmian Gedung Baru Apotek KF No. 7



Apotek Kimia Farma No. 7 merupaka Apotek Kimia Farma tertua di kota hujan Bogor. Setelah puluhan tahun menempati gedung tua di Jl. Ir. H. Juanda No. 30 Bogor, pada hari Jum'at tanggal 30 Agustus 2008 Gedung baru Apotek Kimia Farma No. 7 diresmikan pemakaiannya oleh wali kota bogor diwakili oleh kepala dinas kesehatan kota bogor dr. Triwanda Elan, M, Kes. Gedung dengan arsitektur modern ini kelihatan bersih dan megah dengan fasilitas yang lengkap. Selain melayani pengambilan resep Dokter, digedung baru ini juga tersedia sarana pendukung lain seperti laboratorium klinik, optik, praktek bersama dokter umum dan dokter spesialis, swalayan obat bebas dan yang terbaru adalah Kaef Kafe yang merupakan kafe sehat dengan konsep menu sehat yang menyajikan satu jenis menu makanan pokok perhari dan empat jenis makanan tambahan.

Apotek Kimia Farma No. 7 digedung baru juga dilengkapi dengan patient care corner, dimana pada tempat ini dikhususkan untuk pasien yang membutuhkan penerangan tentang obat yang digunakan, langsung oleh Apoteker.

Patient Care corner merupakan tempat menjalankan profesi Apoteker untuk memberikan pelayanan informasi obat dalam rangka pelaksanaan GPP. Good Pharmacy Practices / GPP salah satunya mensyaratkan bahwa core dari aktivitas Apotek adalah menyediakan obat dan produk kesehatan lainnya dengan kualitas yang terjamin, disertai dengan informasi dan konsultasi obat untuk pasien, dan juga memonitor efek penggunaannya. (Standards for Quality of Pharmacy Services, WHO).

Optik Kimia Farma

Ruang Tunggu Pasien di depan ruang Dokter Praktek



Penerimaan resep obat yang berhadapan langsung dengan ruang praktek Dokter, diharapkan memberi kemudahan pada pasien.

Suasana di Kaef Kafe


Swalayan Corner


RANGKAIAN ACARA PERESMIAN APOTEK KIMIA FARMA NO. 7



Ibu Wikan, pembawa acara


Acara dibuka oleh Yel2 Karyawati Kimia Farma Apotek Bogor

Para tamu undangan antusias menyaksikan yel2 Apotek Kimia Farma

Sambutan Oleh Direktur Utama Kimia Farma Apotek, Bpk. Saleh Rustandi. Memaparkan tentang One Stop Health Care Services dan beberapa keunggulan Apotek Kimia Farma no. 7

Sambutan Direktur Utama PT. Kimia Farma, Tbk. Diwakili Oleh Bapak Agus Anwar Direktur Pemasaran PT. Kimia Farma, Tbk.

Sambutan Wali Kota Bogor Dhiani Budiarto yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor dr. Triwanda Elan, M. Kes.
Penandatanganan Prasasti

Dari kiri ke kanan Drs. Agus Sudharto Bisnis Manager Bogor, Yuleti Dir. Operasional PT. Kimia Farma Apotek, Agus Anwar Dir. Pemasaran PT. Kimia Farma, Tbk., dr. Triwanda Elan, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rusdi Rosman Dir. Keuangan PT. Kimia Farma, Tbk., Saleh Rustandi Direktur Utama PT. Kimia Farma Apotek, berpose bersama seusai penandatangan prasasti.

Pembacaan Doa oleh ketua MUI Kota Bogor, KH. Adam Ibrahim



Hadirin Khusuk dalam Berdoa


Pemotongan rangkaian melati sebagai tanda diresmikanya gedung baru Apotek Kimia Farma No. 7

Tamu Undangan Melakukan peninjauan Apotek, dipandu Oleh Bapak Agus Sudharto, Bisnis Manager Bogor.



KH. Adam Ibrahim diperiksa kadar gula darah di laboratorium klinik Kimia Farma



Peninjauan Ruang Praktek Dokter dipandu Oleh Drs. R. Sudharmono, Ketua Panitia.


Sajian di Kaef Kafe, Mak Nyuuusss.....


Tamu Undangan VIP ditemani Ibu Yuleti bersiap bersantap di Kaef Kafe


Menikmati hidangan sekaligus musik

Usai Acara

Team yang Solid

Hadir Pula BM Se-Jawa dan Bali

Fresh blood Kimia Farma Apotek

Senin, 28 Juli 2008

Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah

Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah
Penulis: Eddy Fadlyana

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua SibukTahun ajaran baru selalu membuat orang tua menjadi sibuk. Selain mencari sekolah yang dianggap baik, juga biaya yang semakin mahal dan anak juga harus disiapkan kemampuannya bahkan sampai ada Taman Kanak-kanak (TK) yang melakukan tes masuk untuk calon murid-murinya. Sebagian orang tua menganggap hal tersebut merupakan aturan yang berlebihan, sebagian menganggap biasa bahkan tidak jarang pada anak play group diberikan tugas di rumah (PR) agar kelak siap masuk taman kanak-kanak.

Sebetulnya apa yang dimaksud anak sudah siap sekolah tersebut? Jika orang tua mengetahui kemampuan apa yang harus dimiliki anak sebelum masuk sekolah tentunya hal tersebut akan mem- bantu setiap orang tua untuk mempersiapkan dan dapat mengamati sendiri anaknya apakah sudah siap untuk sekolah.

Pada saat anak mulai memasuki bangku sekolah dengan keadaan siap untuk belajar, mereka lebih mudah untuk berhasil mengikuti pelajaran di sekolah. Di Amerika, guru-guru TK melaporkan sedikitnya setengah anak didiknya mempunyai masalah pada saat memulai pendidikan, termasuk didalamnya kesulitan mengikuti perintah, rendahnya kemampuan akademik dan atau kesulitan ber aktivitas secara mandiri.

Masa sebelum masuk sekolah merupakan periode sampai usia 5 tahun (Balita). Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian, karena awal kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan. Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak ini mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, berarti otak balita lebih terbuka untuk belajar dan diperkaya. Sedangkan sisi negatifnya adalah otak balita lebih peka terhadap lingkungan, terutama lingkungan yang tidak mendukung termasuk kemiskinan dan stimulasi yang kurang. Sehingga masa ini disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period), atau "jendela kesempatan" (window of opportunity) atau "masa kritis" (critical period). Berhubung masa ini tidak berlangsung lama, maka anak harus mendapat perhatian yang serius pada awal kehidupannya, yaitu: gizi yang baik, stimulasi yang memadai, mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, juga deteksi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang.



BATASAN KESIAPAN BERSEKOLAH

Secara konvensional batasan Kesiapan Bersekolah dipandang sempit hanya terbatas pada masalah kesiapan akademik yang terstruktur. Namun demikian berdasarkan penelitian pada perkembangan anak dan edukasi dini, batasan dari kesiapan bersekolah ternyata lebih luas, di dalamnya tercakup kesiapan fisik, sosial dan emosional, termasuk kesiapan secara kognitif.
Terdapat 3 komponen utama untuk kesiapan bersekolah yaitu kesiapan anak, kesiapan sekolah dan kerangka investasi masyarakat.



I. Kesiapan anak
Terdapat 5 aspek utama: dalam kesiapan anak

  1. Kesehatan fisik dan perkembangan motorik:Aspek ini meliputi status kesehatan, pertumbuhan dan kemampuan fisik. Termasuk juga didalamnya kemampuan fisik seperti kemampuan menggunakan otot-otot kecil/ motorik halus dan kemampuan menggunakan otot-otot besar/motorik kasar, hal ini juga terkait pada kondisi selama dan setelah kelahiran.
  2. Perkembangan sosial dan emosional:Perkembangan sosial merujuk pada kemampuan anak untuk berinteraksi secara sosial. Kemampuan adaptasi yang positif terhadap lingkungan sekolah membutuhkan kemampuan sosial untuk saling pengertian dan bekerja sama.
  3. Perkembangan emosional termasuk di dalamnya kemampuan persepsi terhadap dirinya, kemampuan memahami emosi orang lain dan kemampuan untuk mengerti serta mampu mengekspresikan perasaannya.
  4. Pendekatan pembelajaran:Aspek ini merujuk pada kecenderunganmenggunakan keahlian, pengetahuan dan kemampuan. Komponen kuncinya termasuk antusiasme, keingintahuan dan kemampuan menyelesaikan tugas, seperti pola temperamen dan nilai kultural.
    Perkembangan bahasaAspek ini meliputi bahasa verbal dan kemampuan membaca. Bahasa verbal meliputi kemampuan mendengar, berbicara dan perbendaharaan kata. Kemampuan membaca termasuk membaca tulisan, pengertian tehadap suatu cerita dan proses menulis.
  5. Kognisi dan pengetahuan umumAspek ini meliputi kemampuan untuk mengetahui sifat dan benda tertentu dan kemampuan yang didapat dengan mengamati objek, peristiwa atau orang mengenai kesamaan, perbedaan dan hubungannya. Termasuk juga pengetahuan tentang konsep perhitungan.
2. Kesiapan sekolah
Kriteria sekolah yang slap mendukung pembelajaran dan perkembangan anak merupakan sekolah yang mempunyai ciri-ciri:terdapatnya masa transisi antara lingkungan rumah ke lingkungan sekolah.

  • berusaha mempertahankan kontinuitas antara asuhan awal, program pendidikan yang diterapkan dan pendidikan sekolah dasar.
  • menolong anak untuk belajar dan dapat mengerti kompleksitas dunia yang dihadapinya.
  • memiliki kepedulian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh setiap anak didik.
  • memperkenalkan dan mengembangkan pendekatan-pendekatan yang telah terbukti berhasil meningkatkan keberhasilan proses belajar.
3. Kerangka investasi masyarakat pada kesiapan bersekolah
Kesiapan bersekolah dari sudut pandang komunitas pada hakekatnya adalah bentuk investasi masyarakat dalam membentuk kualitas masyarakat yang tinggi dikemudian hari. Faktor dukungan keluarga, pola asuh, pendidikan dan faktor lingkungan Iainnya ternyata memberikan pengaruh kuat yang dapat membantu perkembangan anak.


PENILAIAN KESIAPAN BERSEKOLAH

1. Tes Psikologis
Tes psikologis biasanya dilakukan oleh psikolog. Hasil tes ini dapat memberikan informasi bahwa ada sesuatu masalah yang spesifik pada anak, untuk selanjutnya mereka akan mendapatkan intervensi dini dan setelah itu dilakukan evaluasi apakah ada manfaatnya bagi anak tersebut, atau harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.


2. Ceklist Kesiapan Bersekolah

Merupakan alat yang sederhana dan memungkinkan penggunaan secara luas. Orang tua dapat mengetahui secana umum kemampuan anaksebagal prasyarat masuk TK atau sekolah dasar.


Taman Kanak-kanak

  • Mengetahui warna dasar
  • Mengenal beberapa huruf besar
  • Mengenal angka 1-10
  • Menulis nama pertama dengan jelas
  • Menggambar meniru bentuk
  • Dapat menghitung benda satu demi satu
  • Bermain secara kooperatif
Sekolah Dasar
  • Mengetahui alamat dan tanggal lahir
  • Mengenal semua huruf (huruf besar dan kecil)
  • Mengenal suara yang dibentuk oleh suatu kata
  • Membaca beberapa kata sederhana
  • Mengerti konsep "lebih banyak" dan "lebih sedikit"
  • Dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dengan anak lain
  • Mengerti humor

PENUTUP

Pada lima tahun pentama kehidupan, anak mengalami penkembangan yang pesat pada semua bidang perkembangan. Misalnya perkembangan bahasa, kemampuan kognitif, kemampuan mengendalikan emosi, stres dan kemampuan bekerjasama dengan teman sebayanya.
Tercapainya kemampuan perkembangan ini sangat erat kamtannya dengan stimulasi/latihan yang didapat, sedangkan sebagian besar waktu anak bensama keluarga khususnya ibu. Maka sudah sewajarnya seluruh anggota keluarga turut terlibat memberikan Iingkungan yang balk khususnya dalam memberikan nutnisi dan stimulasi sehingga anak balita dapat tumbuh kembang secara optimal.


Semua yang sudah dibicarakan di atas tersebut masih harus kita tambahkan bentuk kegiatan untuk mengenal dengan baik nilai-nilai moral yang ada dalam agama Islam.Sub Bagian Tumbuh Kembang/ Pediatni Sosial FKUP/RSHS, Bandung

Jumat, 25 Juli 2008

Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Anak di Rumah

Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah sangat menurun. Namun demikian, balita yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi, yang antara lain dapat merupakan akibat penyakit diare pada anak. Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai pencegahan dan pengobatan diare di rumah.

Pola buang air besar pada anak
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.

Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).

Kapan disebut diare ?

Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya “lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Tinja anak diare dapat mengandung lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala mencretnya.

Gejala yang timbul akibat penyakit diare

Karena terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan. Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala: anak tampak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat. Mata tampak cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan dehidrasi berat nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.
Prinsip pengobatan diare

Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
  • Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
  • Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
  • Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.

Pengobatan dimulai di rumah ?

Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit-200 dan Pharolit-200 dan juga larutan oralit siap minum seperti Pedialyte dan Renalyte. Bila tidak tersedia, dapat pula digunakan larutan yang dapat dibuat di rumah seperti larutan garam-gula atau larutan garam-tajin.

Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin:

Larutan Garam-Gula
  • Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang.
  • Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siap digunakan.

Larutan Garam-Tajin

  • Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter air.
  • Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan.

Bila telah terjadi dehidrasi, minumkanlah oralit 50-100 ml (tergantung berat ringannya dehidrasi) per kilogram berat badan dalam 3 jam untuk mengobati dehidrasi dan bila masih mencret oralit terus diberikan seperti di atas, yaitu 10 ml per kilogram berat badan setiap mencret.


Bagaimana mengetahui keadaan anak membaik dan tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan di atas. Kesadaran anak membaik, rasa hausnya akan menghilang, mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya membaik.

Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter ?

Anak dirujuk ke puskesmas atau dokter bila:

  • Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat.
  • Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil.
  • Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).

Pencegahan diare

Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:

  • Penyiapan makanan yang higienis
  • Penyediaan air minum yang bersih
  • Kebersihan perorangan
  • Cuci tangan sebelum makan
  • Pemberian ASI eksklusif
  • Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
  • Tempat buang sampah yang memadai
  • Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
  • Lingkungan hidup yang sehat

Penutup

Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian oralit. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak dengan diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah.

Sumber: http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=21

Cara Penggunaan Obat Yang Benar
















Obat merupakan sarana ikhtiar kita untuk mendapatkan kesembuhan, yang pada hakekatnya Dia yang maha kuasalah yang memberikan kesembuhan. Selaian harus tepat indikasi, tepat jumlah, dan tepat pemilihan bentuk sediaan obat, cara pengguanaan obat yang benar juga merupakan salah satu kunci keberhasilan pengobatan.
Dibawah ini diuraikan cara penggunaan obat yang benar menurut bentuk sediaanya. Selalu tanyakan kepada Apoteker Anda ketika memperoleh obat dari Apotek.

Secara Umum Cara Penggunaan Obat yang Benar adalah:

  • Minum sesuai dengan petunjuk / aturan yang terdapat dalam kemasan obat bebas dan bebas terbatas tersebut.
  • Jika penggunaan obat dirasa tidak memberi manfaat, segera ke dokter.
  • Tidak untuk digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
  • Berbagai jenis obat jangan dicampur dalam satu wadah untuk mencegah kekeliruan.
  • Tanyakan kepada Apoteker Anda kemungkinan adanya interaksi antara obat dengan obat lain, obat dengan makanan, obat dengan suplemen atau obat dengan jamu yang pada saat yang sama anda konsumsi.

Obat Oral

  • Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang diberikan, hubungi tenaga kesehatan untuk minta sediaan yang sesuai.
  • Ikuti petunjuk tenaga kesehatan, seperti apakah obat diminum, sebelum atau sesudah makan.
  • Jika minum obat dalam bentuk cair, gunakan sendok takar bukan sendok makan.

Obat tetes mata dan salep mata

  • Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah kontaminasi, ujung wadah obat jangan terkena permukaan lain dan tutup rapat sesudah digunakan.
  • Cara penggunaan obat ini dimulai dengan mencuci tangan, menengadahkan kepala, menarik kelopak bagian bawah, lalu teteskan / oleskan,tutup mata dan biarkan selama 1-2 menit.
  • Ujung obat tetes mata atau salep mata diusahakan jangan menyentuh mata / kulit.
  • Setelah digunakan,bilas kemudian cuci tangan kembali.
  • Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan > 30 hari untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman.
  • Jangan gunakan 1 obat tetes mata untuk lebih dari 1 orang.
  • Simpan ditempat yang terlindung dari cahaya dan jauhkan dari jangakuan anak-anak.
Obat tetes Hidung

  • Cara penggunaan obat ini dimulai dengan membersihkan hidung, menengadahkan kepala, teteskan obat, tahan posisi kepala selama beberapa menit.
  • Ujung tetes hidung usahakan jangan menyentuh hidung.
  • Bersihkan ujung tetes hidung dengan air panas dan lap dengan tisu.
  • Jangan gunakan satu obat untuk lebih dari 1 orang.
Obat tetes Telinga

  • Ujung wadah sediaan tidak boleh terkena benda lain, agar tidak terkontaminasi.
  • Cara penggunaan obat ini dimulai dengan memiringkan kepala atau berbaring miring, lalu telunjuk diletakkan didepan tragus, dan mendorong ke depan, sedangkan ibu jari dan jari tengah menjepit daun telinga dan menariknya keatas (dewasa) atau kebawah (anak-anak). Kemudian teteskan obat, dan biarkan beberapa menit.
  • Setelah digunakan,ujung wadah cukup dikeringkan dengan tisu, jangan dibilas.
Supositoria

  • Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu buka bungkusnya dan lunakkan supositoria dengan cara mencelupkan kedalam air hangat sebentar. Setelah berbaring, masukkan supositoria ke dalam anus dengan jari. Jika supositoria terlalu lunak sebelum digunakan masukkan ke lemari es atau rendam dahulu dalam air dingin.
  • Cucilah tangan setelah memasukkannya.
  • Simpan sisa supp dilemari es, jauhkan dari jangkauan anak-anak.